EKONOMI KELEMBAGAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi sasaran penting dalam pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya tingkat pendapatan
riil per kapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang. Tidak hanya itu,
keseluruhan kinerja ekonomi seperti tingkat investasi, penyerapan tenaga kerja,
jumlah output, dan peningkatan pendapatan nasional menjadi faktor penting yang
menunjukkan pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Peran penting kelembagaan di
dalam suatu perekonomian adalah sebagai sarana menurunkan ketidakpastian.
Dengan menurunnya ketidakpastian menyebabkan penurunan pada biaya transaksi.
Penurunan pada biaya transaksi menyebabkan peningkatan pada proses tansaksi
atau proses perdagangan di pasar. Kondisi pasar yang terbuka dan terintegrasi
membuat faktor kelembagaan sebagai faktor pendorong ekonomi menjadi lebih
besar.
Pendekatan
Statis : Spesialisasi
Model
pertumbuhan ekonomi milik Harrod – Domar dan Solow merupakan model pertumbuhan
yang paling populer. Fokus dari model pertumbuhan ini adalah faktor – faktor
produksi berupa stok modal dan tenaga kerja. Produk nasional bruto (PNB) pada
level nasional menjadi ukuran dari pendeskripsian fungsi produksi untuk
hubungan antara tenaga kerja dengan stok modal.
Sedangkan pada perusahaan, fungsi produksi di dabstraksikan oleh
seberapa banyak peningkatan pada output yang akan dihasilkan apabila jumlah
tenaga kerja dan stok modal yang digunakan meningkat. Sedangkan faktor produksi
yang lainnya dianggap tetap. pada titik ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh variabel ekonomi makro, seperti tabungan, investasi, dan penduduk. Hubungan
ketiganya dapat diilustrasikan seperti berikut. Apabila tingkat tabungan
disuatu negara tinggi, tingkat investasi akan meningkat pula, peningkatan
investasi akan menyebabkan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja, sebagai
akibat dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja adalah meningkatnya output di
negara tersebut. Peningkatan output ini menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berbasis faktor produksi menjadi kisah sukses pembangunan
ekonomi dinegara – negara kapitalis.
alam
konsep ekonomi kelembagaan investasi bukan merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Meskipun faktor teknologi tidak berubah tetapi proses
pertumbuhan ekonomi akan tetap berlanjut. Pertumbuhan tanpa adanya perubahan
pada tekologi ini disebut sebagai pertumbuhan ekonomi dengan kasus statis. Hal
tersebut bis dijelaskan dengan kurva kemungkinan produksi.
Apabila suatu negara
hanya memproduksi dua barang, yaitu barang x dan barang y. Garis kurva
merupakan batas ekonomi, dimana menggambarkan batas maksimal poduksi yang bisa
dilakukan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia. Titik – titik
pada kurva merupakan yang paling efisien karena paad itik itu seluruh sumber
daya telah dimanfaatkan secara penuh dan membuat pertukaran yang dianggap penting.
Apabila perekonomian berada pada titik A, artinya perekonomian tidak efisien
karena salah satu fakor produksi tidak digunakan secara maksimal.
Pendekatan
Dinamis : Perubahan Teknologi
Saat
ini, proses produksi barang dan jasa dipengaruhi oleh inovasi dan perkembangan
teknologi. Dalam hal ini, teknologi menjadi faktor penting dalam fungsi
produksi. Teknologi dimasukkan kedalam fungdi penting produksi bersama dengan
modal, tenaga kerja, dan tanah. Pertumbuhan ekonomi dengan memasukkan teknologi
sebaga salah satu faktor penting menjadi penyebab lahirnya “teori pertumbuhan
baru”. Dalam teori pertumbuhan baru, model pertumbuhan dinamis mendesain
pertumbuhan ekonomi yang bisa menangkap peran ilu penegtahuan untuk mempercepat
inovasi dan perubahan teknologi.
Diasumsikan
perekonomian berjalan secara efisien, maka akan ada dua jalur untuk meningkkan
pertumbuhan ekonomi.
1. Menambah
jumlah sumber daya di dalam perekonomian. Jika didalam proses produksi jumlah
input mengalami peningkatan, maka jumlah output pun akan meningkat. Tipe
pertumbuhan ini disebut tipe pertumbuhna ekstensif.
2. Peningkatan
produktivitas sumber daya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
produktivitas sumber daya tersebut merupakan hasil dari perbakan teknologi.
Tipe pertumbuhan ini adalah tiper pertumbuhan intensif.
Dengan
adanya peningkatan teknologi, efisiensi perekonomian akan meningkat. Perbaikan
teknologi akan menyebabkan proses produksi dan konsumsi akan meningkat pula.
Sehingga masyarakat akan meperoduksi dan mengkonsumsi lebih banyak dari
sebelumnya. Bagaimana caranya teknologi ini bisa meningkat dari waktu ke waktu
?
1. Negara
harus mempercepat danmemperkuat kreativitas manusia. Negara bisa memberi
kebebasan kepada masyarakat atau perusahaan untuk bereksperimen dengan ide –
ide baru yang mereka miliki. Sehingga mereka bisa menemukan teknologi –
teknologi baru.
2. Mengupayakan
pasar modal berfungsi dengan baik. Ketika melakukan penelitian masyarakat
enggan menanggung resiko yang akan mereka hadapi. Resiko tersebut dapat berupa
biaya yang mahal. Ketika masyarakat mengalami kesulitan pendanaan untuk
mengembangkan ide mereka disini lembaga keuangan berperan penting. Pemerintah
dapat membantu dengan menciptakan kelembagaan yang memungkinkan pasar modal
berjalan dengan baik. Misalnya melalui deposit insurance dan legislasi
pengungkapan informasi.
3. Menciptakan
lingkungan yang kompetitif. Sehingga para pelaku ekonomi akan berlomba – lomba
mengembangkan teknologi untuk memperbaiki produk mereka.
Pemilik sumber
daya tersebut meningkatkan produktivitas melalui spesialisasi hingga hal ini
mendorong tuntutan perorganisasian yang memfasilitasi terjadinya kerjasama (cooperative). Dalam posisi seperti ini,
adalah hal yang normal apabila perusahaan dilihat sebagai entitas yang memiliki
kekuatan dalam menempatkan isu-isu strategis, semacam otoritas atau tindakan
disipliner yang superior, yang dapat dilakukan di pasar. Ada dua tuntutan utama
yang diminta oleh organisasi ekonomi supaya dapat berjalan dengan baik, yakni
pengukuran produktivitas input dan pengukuran penghargaan. Masalah pengukuran
tersebut dapat dikerjakan melalui pertukaran produk dalam pasar yang kompetitif
(Alchian dan Demsetz, 1972:777-778). Dengan begitu, pada dasarnya dipandang
sebagai entitas “problem-facing” dan
“ problem solving” (Thompson, 1967).
Tetapi, organisasi sering kali tidak jelas sehingga tuntutan terhadap adanya
kontrol seringkali malah menyebabkan pencapaian yang diinginkan tidak terjadi
(Williamson, 1981:551).
Saat ini
terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam menjalankan organisasi ekonomi,
yakni teori hak kepemilikan (property
rights), teori agensi (agency theory)/desain
mekanisme, dan biaya transaksi. Secara umum teori organisasi ekonomi dapat
dipisahkan dalam dua kategori besar, yakni kontraktual (kelembagaan) dan non-kontraktual
(klasik/teknologis).Schlicht (Groenewegen, 2002:548-549) menganggap perusahaan
sebagai suatu kombinasi dari tiga mekanisme organisasi berikut: pasar internal
dengan pertukaran, mekanisme perintah (komando), dan mekanisme kebiasaan (custom). Elemen pertukaran merujuk pada
motivasi pekerja dalam struktur insentif. Elemen perintah (komando) menyebabkan
perusahaan seperti dapat menggantikan pasar. Sedangkan, elemen
kebiasaan/tradisi melihat perusahaan semacam suku kecil dengan peran sosial
yang saling menutup dan melekat dalam pembagian kerja. Proses inilah yang
kemudian menumbuhkan budaya korporasi.
Dalam pendekatan
ekonomi biaya transaksi, perusahaan (firms)
dilihat sebagai struktur tata kelola (governance
structures), menggantikan pandangan aliran neoklasik yang menempatkan
perusahaan sebagai fungsi produksi. Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input
digunakan dalam proses produksi yang telah terspesifikasi, yakni melihat
teknologi sebagai faktor eksogen yang akan menentukan kuantitas output. Dalam
tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan derajat sisa stok dari input yang
berlainan akan mempengaruhi perilaku pemilik modal; ketidakmampuan untuk
mengamati kualitas atau upaya akan mempengaruhi efektivitas dari input-input
yang lain; kualitas manajerial akan menentukan seberapa baik input-input bila
dikombinasikan; dan seterusnya.mekanisme tersebut berlangsung untuk menghindari
terjadinya masalah biaya transaksi. Oleh karena itu sejak pandangan neoklasik
mendominasi teori ekonomi dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan yang
dimunculkan oleh ekonomi biaya transaksi ini bisa disebut sebagai hal yang
dramatis dan revolusioner.
Ada
beberapa mekanisme untuk mengontrol manajemen yang terdapat dalam kelola
korporasi
1. Model
komisaris (the board of directors model):
pemegang saham memilih komisaris bertidak mewakili kepentingan mereka, dan
badan ini sbeliknya memonitor manajemen puncak dan meratifikasi keputusan
penting. Badan ini juga terdiri dari eksekutif (yaitu tim manajemen) dan
direktur non-eksekutif yang orang luar.
2. Model
perjuangan perwakilan (proxy fights model):
tentu saja, jika kinerja anggota komisaris cukup buruk maka pemegang saham
dapat menggantikannya.
3. Model
pemegang saham besar (large shareholders
model): pemegang saham kecil memiliki sedikit insetif untuk memonitor
manajemen atau meluncurkan model perjuangan perwakilan.
4. Model
pengambilalihan paksa (hostile takeovers
model): pengambilalihan paksa pada prinsipnya merupakan mekanisme yang jauh
lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen, karena model ini memungkinkan
seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja perusahaan kurang baaik bakal
mendapatkan penghargaan yang besar.
5. Model
struktur keuangan (financial structure
model): sumber disiplin lain yang penting bagi manajer adalah adanyaa
insentif yang diberikan melalui struktur keuangan korporasi, khususnya pilihan
perusahaan dalm melakukan utang (debt).
STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Fokus
dari ekonomi kelembagaan pada level makro adalah menyiapkan dasar produksi,
pertukaran, dan distribusi dari berbagai macam aspek. Setiap negara perlu
menyiapkan berbagai macam strategi pembangunan ekonomi sebagai dasar penyusunan
kelembagaan ekonomi. Strategi pembangunan ekonomi akan berimplikasi pada
kesepakatan kelembagaan pada level mikro. Strategi pembangunan ekonomi
merupakan kunci untuk menentukan kebijakan-kebijakan ekonomi. Selanjutnya akan
dijelaskan mengenai beberapa strategi pembangunan ekonomi dan pengaruhnya
terhadap kelembagaan ekonomi.
Keunggulan Komparatif & Kompetitif
Negara
yang sedang dalam proses industrialisasi akan mencoba strategi pembangunan yang
mengkomparasikan ekonomi berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif.
Nicolini (2011 : 162) menyebutkan bahwa ada 2 sumber keunggulan komparatif,
yaitu modal dan tenaga kerja terampil.
Faktanya, letak keunggulan komparatif bukan hanya dari produktivitas
tenaga kerja, tetapi juga ada faktor lain seperti tingkat upah, SDA,
ketersediaan infrastruktur ekonomi, hingga nilai tukar mata uang. Suatu negara
memiliki keunggulan komparatif jika dalam kegiatan-kegiatan ekonominya banyak
menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif lebih tersedia di negara itu
daripada negara-negara lain yang merupakan mitra dagangnya.
Namun,
konsep keunggulan komparatif disebutkan sudah tidak relavan lagi dan kurang memadai
untuk menentukan keberhasilan ekonomi. Maka dari itu, perlu diganti dengan
keunggulan kompetitif yang lebih berguna
bagi perumusan kebijakan ekonomi karena memperhitungkan semua faktor yang
mempengaruhi daya saing industri. Faktor tersebut antara lain persaingan sehat
antarindustri, adanya diferensiasi produk, dan kemampuan teknologi. Sehingga
yang dimaksud dengan keunggulan kompetitif merupakan proses dimana perusahaan
mampu menggunakan sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki dalam menciptakan keunikan
dan derajat kesulitan bagi pelaku lain untuk mengikuti mengimitasi sehingga
memberikan nilai tambah/ lebih bagi pelanggannya.
Substitusi Impor & Promosi
Ekspor
Pemahaman dalam pandagan keunggulan komparatif akan
mempengaruhi pilihan pengambilan kebijakan ekonomi di suatu negara. Masalah
kebijakan perdagangan sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang. Untuk itu teori-teori mengenai substitusi impor untuk
pembangunan diperlukan kebijakan khusus dalam konteks strategi negara
berkembang ada yang berorientasi ke luar dan ke dalam.
·
Kebijakan pembangunan berorientasi ke luar ( outward-looking development policies)
adalah suatu rangkaian kebijakan yang tidak hanya mendorong berlangsungnya
perdagangan bebas tetapi juga memungkinkan pergerakan secara bebas atas
faktor-faktor produksi (modal,tenaga kerja), perusahaan-perusahaan dan
para pelajar,perusahaan multinasional,dan suatu sistem komunikasi yang terbuka.
·
Kebijakan pembangunan berorientasi ke dalam (inward- looking development policies)
adalah suatu kebijakan yang lebih menekankan pada usaha-usaha negara berkembang
untuk menciptakan suatu pendekatan pembangunan mandiri yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi pembangunannya agar mereka lebih mampu
mengendalikan ataupun menentukan nasib mereka sendiri
Desentralisasi
dan Setralisasi
Tahun
1900-an seluruh negara baik maju maupun berkembang berduyun-duyun mulai
memperbaiki perekonomiannya. Jika di negara maju mereka berfokus pada hubungan
keuangan intrapemerintah agar bisa mengimbangi perkembangan perekonomian yang
semakin kompleks sedang di negara berkembang mereka fokus kepada desentralisasi
fiskal yang menurut mereka salah satunya cara untuk mengatasi masalah-masalah
perekonomiannya dan juga keadaan ekonomi yang belum stabil.
Desentralisasi
adalah menyerahkan level pelayanan masyarakat ke tingkat wilayah administrasi
yang paling rendah (Yustika, 2013:210). Jadi setiap daerah berhak mengelola
daerahnya sendiri tanpa campur tangan pusat tetapi tetap dalam rangka untuk
mensukseskan tujuan pusat. Cara ini akan meringankan tugas pemerintah pusat
yang begitu banyak. Sedangkan sentralisasi adalah pengaturan semua dari pusat
yang menyebabkan pusat terlalu banyak mengatur yang kadang menjadikan
pengaturan terbengkalai atau kurang maksimal.
Statisasi
dan Privatisasi
Privatisasi
adalah pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi atau juga
dari kepemilikan pemerintah menjadi milik swasta. Privatisasi ini agar
profesionalitas sebuah lembaga atau perusahaan lebih professional, mengurangi
beban pemerintah dan juga kembali membuaka kepercayaan publik tentang
transparansi. Tetapi jika sebuah negara melakukan privatisasi yang
terus-menerus maka akan mengurangi pendapatan negara yang terus menerus bisa
menyebabkan kebangkrutan.
Terdapat beberapa rekomendasi yang bisa
disarankan kepada pemerintah dalam soal privatisasi, yaitu:
a. dalam
jangka pendek pemerintah harus segera menyediakan informasi dan transparasi
yang luas dalam proses privatisasi sehingga setiap pelaku ekonomi memiliki
kesempatan yang sama;
b. dalam
jangka menengah pemerintah harus membuat institusi formal dalam bentuk regulasi
yang secara teknis mengatur kemudahan proses privatisasi. Regulasi ini disusun
dengan bersandarkan kepada kepentingan ekonomi secara luas, dan bukan
kepentingan politis yang justru akan semakin menjauhkan tujuan utama dari
privatisasi;
c. dalam
jangka panjang pemerintah harus menyusun strategi ekonomi nasional untuk
memerbaiki struktur pasar yang masih oligopolis. Struktur pasar semacam itu
secara implisit mengandaikan kesempatan yang tidak sejajar antarpelaku ekonomi,
sehingga setiap upaya privatisasi akan selalu jatuh pada praktik monopoli baru.
Bahkan idealnya, langkah privatisasi baru bisa dijalankan apabila struktur
pasar sudah tidak oligopoli.
Daftar
Pustaka :
Yustika,
Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan
Paradigma, Teori, dan Kebijakan.Erlangga: Malang.