Sabtu, 26 November 2016

Tugas 11 Ekonomi Kelembagaan dan Pertumbuhan Ekonomi serta Strategi Pembangunan Ekonomi


EKONOMI KELEMBAGAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi sasaran penting dalam pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya tingkat pendapatan riil per kapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang. Tidak hanya itu, keseluruhan kinerja ekonomi seperti tingkat investasi, penyerapan tenaga kerja, jumlah output, dan peningkatan pendapatan nasional menjadi faktor penting yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Peran penting kelembagaan di dalam suatu perekonomian adalah sebagai sarana menurunkan ketidakpastian. Dengan menurunnya ketidakpastian menyebabkan penurunan pada biaya transaksi. Penurunan pada biaya transaksi menyebabkan peningkatan pada proses tansaksi atau proses perdagangan di pasar. Kondisi pasar yang terbuka dan terintegrasi membuat faktor kelembagaan sebagai faktor pendorong ekonomi menjadi lebih besar.

Pendekatan Statis : Spesialisasi
Model pertumbuhan ekonomi milik Harrod – Domar dan Solow merupakan model pertumbuhan yang paling populer. Fokus dari model pertumbuhan ini adalah faktor – faktor produksi berupa stok modal dan tenaga kerja. Produk nasional bruto (PNB) pada level nasional menjadi ukuran dari pendeskripsian fungsi produksi untuk hubungan antara tenaga kerja dengan stok modal.  Sedangkan pada perusahaan, fungsi produksi di dabstraksikan oleh seberapa banyak peningkatan pada output yang akan dihasilkan apabila jumlah tenaga kerja dan stok modal yang digunakan meningkat. Sedangkan faktor produksi yang lainnya dianggap tetap. pada titik ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh variabel ekonomi makro, seperti tabungan, investasi, dan penduduk. Hubungan ketiganya dapat diilustrasikan seperti berikut. Apabila tingkat tabungan disuatu negara tinggi, tingkat investasi akan meningkat pula, peningkatan investasi akan menyebabkan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja, sebagai akibat dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja adalah meningkatnya output di negara tersebut. Peningkatan output ini menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berbasis faktor produksi menjadi kisah sukses pembangunan ekonomi dinegara – negara kapitalis.
alam konsep ekonomi kelembagaan investasi bukan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Meskipun faktor teknologi tidak berubah tetapi proses pertumbuhan ekonomi akan tetap berlanjut. Pertumbuhan tanpa adanya perubahan pada tekologi ini disebut sebagai pertumbuhan ekonomi dengan kasus statis. Hal tersebut bis dijelaskan dengan kurva kemungkinan produksi.





Apabila suatu negara hanya memproduksi dua barang, yaitu barang x dan barang y. Garis kurva merupakan batas ekonomi, dimana menggambarkan batas maksimal poduksi yang bisa dilakukan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia. Titik – titik pada kurva merupakan yang paling efisien karena paad itik itu seluruh sumber daya telah dimanfaatkan secara penuh dan membuat pertukaran yang dianggap penting. Apabila perekonomian berada pada titik A, artinya perekonomian tidak efisien karena salah satu fakor produksi tidak digunakan secara maksimal.

Pendekatan Dinamis : Perubahan Teknologi
Saat ini, proses produksi barang dan jasa dipengaruhi oleh inovasi dan perkembangan teknologi. Dalam hal ini, teknologi menjadi faktor penting dalam fungsi produksi. Teknologi dimasukkan kedalam fungdi penting produksi bersama dengan modal, tenaga kerja, dan tanah. Pertumbuhan ekonomi dengan memasukkan teknologi sebaga salah satu faktor penting menjadi penyebab lahirnya “teori pertumbuhan baru”. Dalam teori pertumbuhan baru, model pertumbuhan dinamis mendesain pertumbuhan ekonomi yang bisa menangkap peran ilu penegtahuan untuk mempercepat inovasi dan perubahan teknologi. 


Diasumsikan perekonomian berjalan secara efisien, maka akan ada dua jalur untuk meningkkan pertumbuhan ekonomi.
1.      Menambah jumlah sumber daya di dalam perekonomian. Jika didalam proses produksi jumlah input mengalami peningkatan, maka jumlah output pun akan meningkat. Tipe pertumbuhan ini disebut tipe pertumbuhna ekstensif.
2.      Peningkatan produktivitas sumber daya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas sumber daya tersebut merupakan hasil dari perbakan teknologi. Tipe pertumbuhan ini adalah tiper pertumbuhan intensif.
Dengan adanya peningkatan teknologi, efisiensi perekonomian akan meningkat. Perbaikan teknologi akan menyebabkan proses produksi dan konsumsi akan meningkat pula. Sehingga masyarakat akan meperoduksi dan mengkonsumsi lebih banyak dari sebelumnya. Bagaimana caranya teknologi ini bisa meningkat dari waktu ke waktu ?
1.      Negara harus mempercepat danmemperkuat kreativitas manusia. Negara bisa memberi kebebasan kepada masyarakat atau perusahaan untuk bereksperimen dengan ide – ide baru yang mereka miliki. Sehingga mereka bisa menemukan teknologi – teknologi baru.
2.      Mengupayakan pasar modal berfungsi dengan baik. Ketika melakukan penelitian masyarakat enggan menanggung resiko yang akan mereka hadapi. Resiko tersebut dapat berupa biaya yang mahal. Ketika masyarakat mengalami kesulitan pendanaan untuk mengembangkan ide mereka disini lembaga keuangan berperan penting. Pemerintah dapat membantu dengan menciptakan kelembagaan yang memungkinkan pasar modal berjalan dengan baik. Misalnya melalui deposit insurance dan legislasi pengungkapan informasi.
3.      Menciptakan lingkungan yang kompetitif. Sehingga para pelaku ekonomi akan berlomba – lomba mengembangkan teknologi untuk memperbaiki produk mereka.

Hierarki dan Struktur Kepemimpinan Korporasi
Pemilik sumber daya tersebut meningkatkan produktivitas melalui spesialisasi hingga hal ini mendorong tuntutan perorganisasian yang memfasilitasi terjadinya kerjasama (cooperative). Dalam posisi seperti ini, adalah hal yang normal apabila perusahaan dilihat sebagai entitas yang memiliki kekuatan dalam menempatkan isu-isu strategis, semacam otoritas atau tindakan disipliner yang superior, yang dapat dilakukan di pasar. Ada dua tuntutan utama yang diminta oleh organisasi ekonomi supaya dapat berjalan dengan baik, yakni pengukuran produktivitas input dan pengukuran penghargaan. Masalah pengukuran tersebut dapat dikerjakan melalui pertukaran produk dalam pasar yang kompetitif (Alchian dan Demsetz, 1972:777-778). Dengan begitu, pada dasarnya dipandang sebagai entitas “problem-facing” dan “ problem solving” (Thompson, 1967). Tetapi, organisasi sering kali tidak jelas sehingga tuntutan terhadap adanya kontrol seringkali malah menyebabkan pencapaian yang diinginkan tidak terjadi (Williamson, 1981:551).


Saat ini terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam menjalankan organisasi ekonomi, yakni teori hak kepemilikan (property rights), teori agensi (agency theory)/desain mekanisme, dan biaya transaksi. Secara umum teori organisasi ekonomi dapat dipisahkan dalam dua kategori besar, yakni kontraktual (kelembagaan) dan non-kontraktual (klasik/teknologis).Schlicht (Groenewegen, 2002:548-549) menganggap perusahaan sebagai suatu kombinasi dari tiga mekanisme organisasi berikut: pasar internal dengan pertukaran, mekanisme perintah (komando), dan mekanisme kebiasaan (custom). Elemen pertukaran merujuk pada motivasi pekerja dalam struktur insentif. Elemen perintah (komando) menyebabkan perusahaan seperti dapat menggantikan pasar. Sedangkan, elemen kebiasaan/tradisi melihat perusahaan semacam suku kecil dengan peran sosial yang saling menutup dan melekat dalam pembagian kerja. Proses inilah yang kemudian menumbuhkan budaya korporasi.

Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi
Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, perusahaan (firms) dilihat sebagai struktur tata kelola (governance structures), menggantikan pandangan aliran neoklasik yang menempatkan perusahaan sebagai fungsi produksi. Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input digunakan dalam proses produksi yang telah terspesifikasi, yakni melihat teknologi sebagai faktor eksogen yang akan menentukan kuantitas output. Dalam tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan derajat sisa stok dari input yang berlainan akan mempengaruhi perilaku pemilik modal; ketidakmampuan untuk mengamati kualitas atau upaya akan mempengaruhi efektivitas dari input-input yang lain; kualitas manajerial akan menentukan seberapa baik input-input bila dikombinasikan; dan seterusnya.mekanisme tersebut berlangsung untuk menghindari terjadinya masalah biaya transaksi. Oleh karena itu sejak pandangan neoklasik mendominasi teori ekonomi dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan yang dimunculkan oleh ekonomi biaya transaksi ini bisa disebut sebagai hal yang dramatis dan revolusioner.
   Ada beberapa mekanisme untuk mengontrol manajemen yang terdapat dalam kelola korporasi
1.    Model komisaris (the board of directors model): pemegang saham memilih komisaris bertidak mewakili kepentingan mereka, dan badan ini sbeliknya memonitor manajemen puncak dan meratifikasi keputusan penting. Badan ini juga terdiri dari eksekutif (yaitu tim manajemen) dan direktur non-eksekutif yang orang luar.
2.    Model perjuangan perwakilan (proxy fights model): tentu saja, jika kinerja anggota komisaris cukup buruk maka pemegang saham dapat menggantikannya.
3.    Model pemegang saham besar (large shareholders model): pemegang saham kecil memiliki sedikit insetif untuk memonitor manajemen atau meluncurkan model perjuangan perwakilan.
4.    Model pengambilalihan paksa (hostile takeovers model): pengambilalihan paksa pada prinsipnya merupakan mekanisme yang jauh lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen, karena model ini memungkinkan seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja perusahaan kurang baaik bakal mendapatkan penghargaan yang besar.
5.    Model struktur keuangan (financial structure model): sumber disiplin lain yang penting bagi manajer adalah adanyaa insentif yang diberikan melalui struktur keuangan korporasi, khususnya pilihan perusahaan dalm melakukan utang (debt). 


STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Fokus dari ekonomi kelembagaan pada level makro adalah menyiapkan dasar produksi, pertukaran, dan distribusi dari berbagai macam aspek. Setiap negara perlu menyiapkan berbagai macam strategi pembangunan ekonomi sebagai dasar penyusunan kelembagaan ekonomi. Strategi pembangunan ekonomi akan berimplikasi pada kesepakatan kelembagaan pada level mikro. Strategi pembangunan ekonomi merupakan kunci untuk menentukan kebijakan-kebijakan ekonomi. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa strategi pembangunan ekonomi dan pengaruhnya terhadap kelembagaan ekonomi.

Keunggulan Komparatif &  Kompetitif
Negara yang sedang dalam proses industrialisasi akan mencoba strategi pembangunan yang mengkomparasikan ekonomi berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif. Nicolini (2011 : 162) menyebutkan bahwa ada 2 sumber keunggulan komparatif, yaitu modal dan tenaga kerja terampil.  Faktanya, letak keunggulan komparatif bukan hanya dari produktivitas tenaga kerja, tetapi juga ada faktor lain seperti tingkat upah, SDA, ketersediaan infrastruktur ekonomi, hingga nilai tukar mata uang. Suatu negara memiliki keunggulan komparatif jika dalam kegiatan-kegiatan ekonominya banyak menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif lebih tersedia di negara itu daripada negara-negara lain yang merupakan mitra dagangnya.
Namun, konsep keunggulan komparatif disebutkan sudah tidak relavan lagi dan kurang memadai untuk menentukan keberhasilan ekonomi. Maka dari itu, perlu diganti dengan keunggulan kompetitif  yang lebih berguna bagi perumusan kebijakan ekonomi karena memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi daya saing industri. Faktor tersebut antara lain persaingan sehat antarindustri, adanya diferensiasi produk, dan kemampuan teknologi. Sehingga yang dimaksud dengan keunggulan kompetitif merupakan proses dimana perusahaan mampu menggunakan sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki dalam menciptakan keunikan dan derajat kesulitan bagi pelaku lain untuk mengikuti mengimitasi sehingga memberikan nilai tambah/ lebih bagi pelanggannya.

Substitusi Impor & Promosi Ekspor
Pemahaman dalam pandagan keunggulan komparatif akan mempengaruhi pilihan pengambilan kebijakan ekonomi di suatu negara. Masalah kebijakan perdagangan sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Untuk itu teori-teori mengenai substitusi impor untuk  pembangunan diperlukan kebijakan khusus dalam konteks strategi negara berkembang ada yang berorientasi ke luar dan ke dalam.
·         Kebijakan pembangunan berorientasi ke luar ( outward-looking development policies) adalah suatu rangkaian kebijakan yang tidak hanya mendorong berlangsungnya  perdagangan bebas tetapi juga memungkinkan pergerakan secara bebas atas faktor-faktor  produksi (modal,tenaga kerja), perusahaan-perusahaan dan para pelajar,perusahaan multinasional,dan suatu sistem komunikasi yang terbuka.
·         Kebijakan pembangunan berorientasi ke dalam (inward- looking development policies) adalah suatu kebijakan yang lebih menekankan pada usaha-usaha negara berkembang untuk menciptakan suatu pendekatan pembangunan mandiri yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi pembangunannya agar mereka lebih mampu mengendalikan ataupun menentukan nasib mereka sendiri

Desentralisasi dan Setralisasi
Tahun 1900-an seluruh negara baik maju maupun berkembang berduyun-duyun mulai memperbaiki perekonomiannya. Jika di negara maju mereka berfokus pada hubungan keuangan intrapemerintah agar bisa mengimbangi perkembangan perekonomian yang semakin kompleks sedang di negara berkembang mereka fokus kepada desentralisasi fiskal yang menurut mereka salah satunya cara untuk mengatasi masalah-masalah perekonomiannya dan juga keadaan ekonomi yang belum stabil.
Desentralisasi adalah menyerahkan level pelayanan masyarakat ke tingkat wilayah administrasi yang paling rendah (Yustika, 2013:210). Jadi setiap daerah berhak mengelola daerahnya sendiri tanpa campur tangan pusat tetapi tetap dalam rangka untuk mensukseskan tujuan pusat. Cara ini akan meringankan tugas pemerintah pusat yang begitu banyak. Sedangkan sentralisasi adalah pengaturan semua dari pusat yang menyebabkan pusat terlalu banyak mengatur yang kadang menjadikan pengaturan terbengkalai atau kurang maksimal.

Statisasi dan Privatisasi
Privatisasi adalah pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi atau juga dari kepemilikan pemerintah menjadi milik swasta. Privatisasi ini agar profesionalitas sebuah lembaga atau perusahaan lebih professional, mengurangi beban pemerintah dan juga kembali membuaka kepercayaan publik tentang transparansi. Tetapi jika sebuah negara melakukan privatisasi yang terus-menerus maka akan mengurangi pendapatan negara yang terus menerus bisa menyebabkan kebangkrutan.
Terdapat beberapa rekomendasi yang bisa disarankan kepada pemerintah dalam soal privatisasi, yaitu:
a.       dalam jangka pendek pemerintah harus segera menyediakan informasi dan transparasi yang luas dalam proses privatisasi sehingga setiap pelaku ekonomi memiliki kesempatan yang sama;
b.      dalam jangka menengah pemerintah harus membuat institusi formal dalam bentuk regulasi yang secara teknis mengatur kemudahan proses privatisasi. Regulasi ini disusun dengan bersandarkan kepada kepentingan ekonomi secara luas, dan bukan kepentingan politis yang justru akan semakin menjauhkan tujuan utama dari privatisasi;
c.       dalam jangka panjang pemerintah harus menyusun strategi ekonomi nasional untuk memerbaiki struktur pasar yang masih oligopolis. Struktur pasar semacam itu secara implisit mengandaikan kesempatan yang tidak sejajar antarpelaku ekonomi, sehingga setiap upaya privatisasi akan selalu jatuh pada praktik monopoli baru. Bahkan idealnya, langkah privatisasi baru bisa dijalankan apabila struktur pasar sudah tidak oligopoli.

Daftar Pustaka :
Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan.Erlangga: Malang.


1 komentar: