Salah satu alat analisis yang
populer dalam ilmu ekonomi
keIembagaan adalah ekonomi biaya transaksi (transaction cost economics). Alat
analisis ini
sering digunakan untuk mengukur efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin
tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi (transaksi), berarti
kian tidak efisien kelembagaan yang didesain, demikian sebaliknya. Meskipun
begitu alat analisis ini dalam
operasionalisasi masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut dapat
dipilah dalam
tiga level. Pertama, secara teoretis masih belum terungkap secara tepat definisi dan biaya
transaksi itu
sendiri. Dengan belum adanya
makna yang definitif berarti masih
timbul cara pandang yang berlainan antarahli ekonomi kelembagaan. Kedua, setiap kegiatan (transaksi)
ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga variabel dan biaya transaksi juga
berlaku secara khusus. Tanpa ada definisi yang jelas tentang biaya transaksi
menyebabkan kesulitan untuk merumuskan variabel-variabelnya. Ketiga, meskipun
definisi dan vaniabel sudah dapat dirumuskan dengan baik dan jelas, masalah
yang muncul adalah bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang
sangat strategis karena akan menuntun kepada akurasi sebuah analisis
kelembagaan, terutama untuk melihat efisiensinya.
Defenisi
dan Makna Biaya Transaksi
Jika
ditelusuri jauh ke
belakang, sebetulnya
teori ekonomi kelembagaan merupakan pemekaran dari teori biava transaksi (transaction costs)
yang muncul akibat kegagalan
pasar (Yeager, 1999:29-30). Seperti diketahui,
pandangan neoklasik menganggap
pasar berjalan secara sempurna
tanpa biaya apa pun (costless) karena
pembeli (consumers)
memiliki informasi yang
sempurna dan penjual (producers)
saling berkompetisi sehingga menghasilkan
harga yang
rendah (Stone, et al.,
1996:97). Akan tetapi,
pada kenyataannya, faktanya
adalah sebaliknya, dimana informasi, kompetisi, sistem
kontrak, dan proses jual-beli dapat sangat asimetris. Inilah yang menimbulkan biaya
transaksi, yang sekaligus dapat
didefinisikan sebagai biaya-biaya
untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan pemaksaan pertukaran.
Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai basis unit
analisis, sedangkan teori neoklasik memakai
produk sebagai dasar unit analisis (GreIf
1998:3).
Sebenarnya
untuk mendefinisikan biaya
transaksi sangatlah pelik sehingga untuk membedakan antara biaya transaksi dan biaya
produksi dengan sendirinya juga sulit.
Meskipun demikian, sebagai upaya untuk mengerjakan investigasi, konsep tentang biaya transaksi
sangatlah berguna untuk mengenali bentuk
dan struktur sebuah pertukaran/ transaksi
(Furuborn danRichter, 1991:8). Sebelum
melangkah kepada pengertian
biaya transaksi, lebih baik bila dimulai
dan mengenali tentang biaya produksi.
Terdapat beberapa cara untuk memahami (biaya) produksi. Definisi yang paling
umum adalah bahwa aktivitas
ini menciptakan manfaat pada masa
sekarang dan mendatang (faktor-fakror produksi) ke dalam output. Di antara input-input untuk proses produksi, ahli ekonomi memasukkan faktor
produksi tanah,
tenaga-kerja, modal, dan (kategori yang lebih sulit dipahami yang disebut)
kewiraswastaan (Frank, 1999:282-283). Sedangkan transaksi sebagai unit analisis juga memiliki
beberapa definisi.
Menurut Williamson (198 la: 552;
198 lb:1544 ;
McCann dan Easter, 2002:5; Furubotn dan Richter, 2000:41), transaksi terjadi
bila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang terpisah. Satu tahap aktivitas
berhenti dan tahap
yang lain dimulai (Bagan 4.1).
Sumber: Beckmann, 2000: 14 dalam Yustika,
2013:65
Secara
spesifik, biaya transaksi
pasar (market transaction costs)
dapat dikelompokkan
secara lebih rinci
sebagai berikut:
Ø Biaya
untuk menyiapkan kontrak (secara sempit
dapat diartikan sebagai biaya untuk pencarian/ searching
dan informasi).
Ø Biaya
untuk mengeksekusi kontrak/concluding contracts
(biaya negosiasi dan
pengambilan kepurusan).
Ø Biaya
pengawasan (monitoring) dan pemaksaan
kewajiban yang tertuang dalam
kontrak (enforcing the contractual
obligations).
Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunistis
Dua
asumsi perilaku ketika
analisis biaya transaksi beroperasi (dan tanpa asumsi ini studi tentang organisasi ekonomi bakal tidak terarah)
adalah rasionalitas terbatas (bounded rationality) dan perilaku
oportunis (opportunistic)
[WIlliamson, 1981b:1545], yang secara umum
termanifestasikan dalam wujud
menghindari kerugian (adverse selection),
penyimpangan moral (moral hazard),
penipuan, melalaikan
kewajiban, dan bentuk-bentuk perilaku
straregis lain; untuk
menjelaskan pilihan sistem kontrak
dan struktur
kepemilikan perusahaan. Bounded Rationality sendiri
merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan
individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi
tanpa kesalahan
(Williamson, 1973:3 17). Konsep
bounded rationality ini didasarkan pada dua
prinsip: (i) individu atau
kelompok yang terdiri atas beberapa individu, memiiki batas-batas kemampuan untuk menproses
dan menggunakan informasi yang tersedia. Kapasitas komputasi
(penghitungan) yang terbatas ini
eksis karena kesulitan dalam memahami dan
memanipulasi data yang terlibat dalam
suatu situasi biasa (trivial). Ringkasnya, informasi yang
tersedia sangart
kompleks untuk dikelola (informational complexity); dan (ii)
tidak mungkin menyatakan bahwa
semua negara di dunia dan semua
hubungan sebab akibat yang
relevan dapat diidentifikasi
(sehingga kemungkinan dapat
dikalkulasi)
dengan bersandarkan kepada
kejadian sebelumnya. Implikasinya setiap pelaku ekonomi
akan selalu menghadapi informasi
yang tidak lengkap (incomplete information) atau dengan kata
lain terjadi ketidakpastian
informasi (informational uncertainty) [DietriCh, 1994:1 9j.
Sedangkan
perilaku oportunistis adalah upaya
mendapatkan keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi.
Namun, laba yang didapat dari
keuntungan yang bersifat
keunggulan
produktif (misalnya,
lokasi yang unik atau keterampilan yang
berbeda) tidak dianggap sebagai sikap oportunistis
(Williamson, 1973:317). Menurut Williamson
(dalam
Kherallah dan Kirsten, 2001:12-13), selalu akan terjadi trade-off antara biaya koordinasi dan hierarki di dalam organisasi,
antara biaya ransaksi dan pembuatan
kontrak di pasar (Bagan 4.2).
Sumber: Beckmann, 2000: 14
dalam Yustika, 2013:65
Biaya Transaksi dan Efisiensi Ekonomi
North
berargumentasi bahwa dalam komunitas
pedesaan di negara sedang berkembang
biaya transaksi biasanya
rendah (Bardhan, 1995:1). Hal ini
dapat terjadi karena kedekatan hubungan di dalam komunitas (keluarga, tetangga) sehingga
informasi tentang aktivitas-aktivitas dalam komunitas individu tersedia secara
luas dan bebas. Sementara itu, struktur sosial (orang tua dan figur
kepemimpinan lain yang dihormati) memberikan mekanisme yang sangat penting bagi penegakan
kesepakatan dan memberikan
resolusi apabila ada konflik di antara anggota komunitas. Tetapi, agar kegiatan
ekonomi terus berlanjut dan
dalam jangkauan yang lebih luas, masyarakat harus berdagang/bertransaksi dengan
orang lain di luar komunitas desanya, pada jarak yang semakin panjang.
Besaran biaya transaksi
dapat terjadi karena adanya penyimpangan
dalam wujud: (i) penyimpangan atas
lemahnya jaminan hak kepemilikan; (ii) penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks
(multiple-task) dan prinsip yang
beragam (multiple-principal); (iii)
penyimpangan intertemporal, yang dapat
berbentuk kontrak yang timpang, responsivitas waktu nyata, ketersembunyian
informasi yang panjang,
penyalahgunaan strategis; (iv) penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam
kebijakan kelembagaan (institutional
environment), yang berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi; dan (v) kelemahan
integritas (probity), yang dirujuk oleh James Wilson (1989)
sebagai ‘sovereign transactions’(Williamson, 1998: 76).
Sumber : Williamson, 1997:8 dalam Yustika, 2013:68
Tiga
level skema di mana ekonomj biaya transaksi dapat bekerja dapat dilihat pada Bagan 4.3.
Seperti yang ditunjukkan,
kelembagaan tata
kelola/institution
of governance (kontrak intraperusahaan korporasi, birokrasi, nonprofit, dan sebagainya) dibatasi oleh lingkungan kelembagaan
(dan Sisi atas) dan individu (dan bawah). Efek
primer dan skema
ini ditunjukkan melalui tanda panah tebal,
sedangkan efek sekunder ditunjukkan
lewat panah garis. Efek pentama ini
terdapat pada lingkungan
kelembagaan (institutional environment)
dalam lingkungan kelembagaan
(atau, jika membuat
perbandingan internasional, perbedaan antara lingkungan kelembagaan)
diperlakukan sebagai parameter perubahan yakni perubahan (atau perbedaan) yang menggeser biaya
penbandingan pasar, hybrids, dan hierarki. Implikasi
kedua terjadi dan asumsi perilaku.
Isu
utama dalam biaya transaksi adalah
pengukuran. Meskipun berbagai studi empiris telah
dilakukan, beberapa kerancuan definisi masih
ada dan hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan semua pihak. Beberapa studi
tersebut, misalnya,
dikerjakan oleh Wallis dan North yang benusaha unruk memisahkan biaya
transaksi, yang dipahami sebagai
biaya sektortransaksi
(transaction sector dalam perekonomian di Amerika, di mana biaya transaksi itu
tidak tergambarkan secara
langsung dalam transaksi nasional.
Demzets juga melakukan
pengukuran langsung dan mempekirakan biaya transaksi
dengan menggunakan pasar keuangan yang terorganisasi
dengan mempertimbangkan perbedaan
antara tingkat
penjualan dan pembelian apabila dengan menambahkan biaya untuk broker (broker fee). Sebaliknya, Williamson
menggunakan metode pengukuran secara tidak langsung. Dia memfokuskan pada
hubungan khusus antara investasi spesifik (misalnya
dalam bentuk kontrak yang telah disepakati) sebagai pengukuran
biaya transaksi. Ide
utamanya adalah sifat
struktur keIembagaan (dan hak-hak kepemilikan) sangat mempengaruhi level biaya
transaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya
transaksi pada umumnya
dapat dikelompokkan dalam tiga hal berikut:
i. 1. What:
the identity 0f bundle
of rights.
Hak-hak (atau
komoditas) memiliki banyak atribut yang
nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya
beragam dari satu jenis dengan tipe yang lain. Kesulitan mendapatkan
informasi yang lengkap unuk mengidentifikasi
variabilitas ini
secara langsung juga mendeskripsikan
bagaimana sulitnya
menggambarkan hak-hak ini
(Barzel, 1997), dan tentu saja hal ini mempengaruhi biaya di dalam pertukaran.
ii.
2. Who:
to identity of agents involved in the exchanges. ini erat dengan faktor-faktor manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975),
yakni rasionalitas terbatas /terikat (yang mewartakan keterbatasan fisik
tentang kemampuan manusia untuk menerima, menyimpan, mencari,
memproses informasi, dan batas-batas bahasa dalam
penyampaian pengetahuan kepada orang
lain), oportunisme, dan
terjepitnya/kurangrya informasi (information
impactedness)
iii. 3. How:
the institutions, technical and
social, governing the exchange and how to organize the exchanges.
Dalam hal ini,
pasar diandaikan sebagai kelembagaan
untuk memfaslitasi proses pertukaran yang
keberadaannya dibutuhkan
untuk mengurangi biaya
pertukaran sedangkan
perusahaan/firms
(atau keluarga/families)
juga dapat
dianggap sebagai kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang saling
menguntungkan (mutual exchange). Dalam preposisi ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap
tidak ada (zero), maka sebetulnya tidak ada yang namanya pasar; demikian halnya bila biaya
koordinasi di dalam
perusahaan adalah nol,
maka sesungguhnya tidak
ada yang namanya
perusahaan.
Sumber : Diolah berdasarkan konseptual Beckmann, 2004
dalam Yustika,2013:72
Dengan
ilustrasi dan penjelasan tersebut, sebetulnya determinan dan biaya transaksi
sudah dapat diformulasikan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi
besaran biaya transaksi tersebut, setidaknya terdapat empat determinan
penting dan biaya transaksi sebagai unit analisis (Bekcman,2OOO:16; lihat
juga Bagan 4.4) sebagai berikut:
1. Apa yang disebut sebagai atribut
perilaku yang melekat
pada setiap pelaku ekonomi (behavioral
attributes of actors), yaitu
rasionalitas
terbatas/terikat
(bounded rationality) dan oportunisme (opportunism).
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dan transaksi (attributes of the transaction), yaitu
spesifisitas aset (asset specificity),
ketidakpastian
(uncertainty), dan frekuensi (frequency).
3. Hal-hal
yang berkaitan dengan struktur
tata kelola kegiatan ekonomi (governance structures),
yaitu pasar (market), hybrid,
hierarki (hierarchy);
dan pengadilan
(courts), regulasi (regulations), birokrasi publik (public bureaucracy).
4. Faktor yang berdekatan
dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional
environnzent), yaitu
hukum kepemilikan, kontrak,
dan budava.
Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta :
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar