Sabtu, 01 Oktober 2016

Tugas 4 Teori Ekonomi Biaya Transaksi

Pendahuluan
Salah satu alat analisis yang populer dalam ilmu ekonomi keIembagaan adalah ekonomi biaya transaksi (transaction cost economics). Alat analisis ini sering digunakan untuk mengukur efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi (transaksi), berarti kian tidak efisien kelembagaan yang didesain, demikian sebaliknya. Meskipun begitu alat analisis ini dalam operasionalisasi masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut dapat dipilah dalam tiga level. Pertama, secara teoretis masih belum terungkap secara tepat definisi dan biaya transaksi itu sendiri. Dengan belum adanya makna yang definitif berarti masih timbul cara pandang yang berlainan antarahli ekonomi kelembagaan. Kedua, setiap kegiatan (transaksi) ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga variabel dan biaya transaksi juga berlaku secara khusus. Tanpa ada definisi yang jelas tentang biaya transaksi menyebabkan kesulitan untuk merumuskan variabel-variabelnya. Ketiga, meskipun definisi dan vaniabel sudah dapat dirumuskan dengan baik dan jelas, masalah yang muncul adalah bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang sangat strategis karena akan menuntun kepada akurasi sebuah analisis kelembagaan, terutama untuk melihat efisiensinya.

Defenisi dan Makna Biaya Transaksi
Jika ditelusuri jauh ke belakang, sebetulnya teori ekonomi kelembagaan merupakan pemekaran dari teori biava transaksi (transaction costs) yang muncul akibat kegagalan pasar (Yeager, 1999:29-30). Seperti diketahui, pandangan neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun (costless) karena pembeli (consumers) memiliki informasi yang sempurna dan penjual (producers) saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah (Stone, et al., 1996:97). Akan tetapi, pada kenyataannya, faktanya adalah sebaliknya, dimana informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual-beli dapat sangat asimetris. Inilah yang menimbulkan biaya transaksi, yang sekaligus dapat didefinisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan pemaksaan pertukaran. Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai basis unit analisis, sedangkan teori neoklasik memakai produk sebagai dasar unit analisis (GreIf 1998:3).
Sebenarnya untuk mendefinisikan biaya transaksi sangatlah pelik sehingga untuk membedakan antara biaya transaksi dan biaya produksi dengan sendirinya juga sulit. Meskipun demikian, sebagai upaya untuk mengerjakan investigasi, konsep tentang biaya transaksi sangatlah berguna untuk mengenali bentuk dan struktur sebuah pertukaran/ transaksi (Furuborn danRichter, 1991:8). Sebelum melangkah kepada pengertian biaya transaksi, lebih baik bila dimulai dan mengenali tentang biaya produksi. Terdapat beberapa cara untuk memahami (biaya) produksi. Definisi yang paling umum adalah bahwa aktivitas ini menciptakan manfaat pada masa sekarang dan mendatang (faktor-fakror produksi) ke dalam output. Di antara input-input untuk proses produksi, ahli ekonomi memasukkan faktor produksi tanah, tenaga-kerja, modal, dan (kategori yang lebih sulit dipahami yang disebut) kewiraswastaan (Frank, 1999:282-283). Sedangkan transaksi sebagai unit analisis juga memiliki beberapa definisi. Menurut Williamson (198 la: 552; 198 lb:1544 ; McCann dan Easter, 2002:5; Furubotn dan Richter, 2000:41), transaksi terjadi bila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang terpisah. Satu tahap aktivitas berhenti dan tahap yang lain dimulai (Bagan 4.1).

Sumber: Beckmann, 2000: 14 dalam Yustika, 2013:65         
Secara spesifik, biaya transaksi pasar (market transaction costs) dapat dikelompokkan secara lebih rinci sebagai berikut:
Ø  Biaya untuk menyiapkan kontrak (secara sempit dapat diartikan sebagai biaya untuk pencarian/ searching dan informasi).
Ø  Biaya untuk mengeksekusi kontrak/concluding contracts (biaya negosiasi dan pengambilan kepurusan).
Ø  Biaya pengawasan (monitoring) dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak (enforcing the contractual obligations). 


      Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunistis 
 Dua asumsi perilaku ketika analisis biaya transaksi beroperasi (dan tanpa asumsi ini studi tentang organisasi ekonomi bakal tidak terarah) adalah rasionalitas terbatas (bounded rationality) dan perilaku oportunis (opportunistic) [WIlliamson, 1981b:1545], yang secara umum termanifestasikan dalam wujud menghindari kerugian (adverse selection), penyimpangan moral (moral hazard), penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk perilaku straregis lain; untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan struktur kepemilikan perusahaan. Bounded Rationality sendiri merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan (Williamson, 1973:3 17). Konsep bounded rationality ini didasarkan pada dua prinsip: (i) individu atau kelompok yang terdiri atas beberapa individu, memiiki batas-batas kemampuan untuk menproses dan menggunakan informasi yang tersedia. Kapasitas komputasi (penghitungan) yang terbatas ini eksis karena kesulitan dalam memahami dan memanipulasi data yang terlibat dalam suatu situasi biasa (trivial). Ringkasnya, informasi yang tersedia sangart kompleks untuk dikelola (informational complexity); dan (ii) tidak mungkin menyatakan bahwa semua negara di dunia dan semua hubungan sebab akibat yang relevan dapat diidentifikasi (sehingga kemungkinan dapat dikalkulasi) dengan bersandarkan kepada kejadian sebelumnya. Implikasinya setiap pelaku ekonomi akan selalu menghadapi informasi yang tidak lengkap (incomplete information) atau dengan kata lain terjadi ketidakpastian informasi (informational uncertainty) [DietriCh, 1994:1 9j.
Sedangkan perilaku oportunistis adalah upaya mendapatkan keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun, laba yang didapat dari keuntungan yang bersifat keunggulan produktif (misalnya, lokasi yang unik atau keterampilan yang berbeda) tidak dianggap sebagai sikap oportunistis (Williamson, 1973:317). Menurut Williamson (dalam Kherallah dan Kirsten, 2001:12-13), selalu akan terjadi trade-off antara biaya koordinasi dan hierarki di dalam organisasi, antara biaya ransaksi dan pembuatan kontrak di pasar (Bagan 4.2).



           Sumber: Beckmann, 2000: 14 dalam Yustika, 2013:65  


Biaya Transaksi dan Efisiensi Ekonomi
North berargumentasi bahwa dalam komunitas pedesaan di negara sedang berkembang biaya transaksi biasanya rendah (Bardhan, 1995:1). Hal ini dapat terjadi karena kedekatan hubungan di dalam komunitas (keluarga, tetangga) sehingga informasi tentang aktivitas-aktivitas dalam komunitas individu tersedia secara luas dan bebas. Sementara itu, struktur sosial (orang tua dan figur kepemimpinan lain yang dihormati) memberikan mekanisme yang sangat penting bagi penegakan kesepakatan dan memberikan resolusi apabila ada konflik di antara anggota komunitas. Tetapi, agar kegiatan ekonomi terus berlanjut dan dalam jangkauan yang lebih luas, masyarakat harus berdagang/bertransaksi dengan orang lain di luar komunitas desanya, pada jarak yang semakin panjang.
Besaran biaya transaksi dapat terjadi karena adanya penyimpangan dalam wujud: (i) penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan; (ii) penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks (multiple-task) dan prinsip yang beragam (multiple-principal); (iii) penyimpangan intertemporal, yang dapat berbentuk kontrak yang timpang, responsivitas waktu nyata, ketersembunyian informasi yang panjang, penyalahgunaan strategis; (iv) penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam kebijakan kelembagaan (institutional environment), yang berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi; dan (v) kelemahan integritas (probity), yang dirujuk oleh James Wilson (1989) sebagai ‘sovereign transactions’(Williamson, 1998: 76).



Sumber : Williamson, 1997:8 dalam Yustika, 2013:68


Tiga level skema di mana ekonomj biaya transaksi dapat bekerja dapat dilihat pada Bagan 4.3. Seperti yang ditunjukkan, kelembagaan tata kelola/institution of governance (kontrak intraperusahaan korporasi, birokrasi, nonprofit, dan sebagainya) dibatasi oleh lingkungan kelembagaan (dan Sisi atas) dan individu (dan bawah). Efek primer dan skema ini ditunjukkan melalui tanda panah tebal, sedangkan efek sekunder ditunjukkan lewat panah garis. Efek pentama ini terdapat pada lingkungan kelembagaan (institutional environment) dalam lingkungan kelembagaan (atau, jika membuat perbandingan internasional, perbedaan antara lingkungan kelembagaan) diperlakukan sebagai parameter perubahan yakni perubahan (atau perbedaan) yang menggeser biaya penbandingan pasar, hybrids, dan hierarki. Implikasi kedua terjadi dan asumsi perilaku.

Determinan dan Variabel Biaya Transaksi
Isu utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Meskipun berbagai studi empiris telah dilakukan, beberapa kerancuan definisi masih ada dan hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan semua pihak. Beberapa studi tersebut, misalnya, dikerjakan oleh Wallis dan North yang benusaha unruk memisahkan biaya transaksi, yang dipahami sebagai biaya sektortransaksi (transaction sector dalam perekonomian di Amerika, di mana biaya transaksi itu tidak tergambarkan secara langsung dalam transaksi nasional. Demzets juga melakukan pengukuran langsung dan mempekirakan biaya transaksi dengan menggunakan pasar keuangan yang terorganisasi dengan mempertimbangkan perbedaan antara tingkat penjualan dan pembelian apabila dengan menambahkan biaya untuk broker (broker fee). Sebaliknya, Williamson menggunakan metode pengukuran secara tidak langsung. Dia memfokuskan pada hubungan khusus antara investasi spesifik (misalnya dalam bentuk kontrak yang telah disepakati) sebagai pengukuran biaya transaksi. Ide utamanya adalah sifat struktur keIembagaan (dan hak-hak kepemilikan) sangat mempengaruhi level biaya transaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya transaksi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal berikut:
        i.    1. What: the identity 0f bundle of rights. Hak-hak (atau komoditas) memiliki banyak atribut yang nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya beragam dari satu jenis dengan tipe yang lain. Kesulitan mendapatkan informasi yang lengkap unuk mengidentifikasi variabilitas ini secara langsung juga mendeskripsikan bagaimana sulitnya menggambarkan hak-hak ini (Barzel, 1997), dan tentu saja hal ini mempengaruhi biaya di dalam pertukaran.
      ii.            2. Who: to identity of agents involved in the exchanges. ini erat dengan faktor-faktor  manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975), yakni rasionalitas terbatas /terikat (yang mewartakan keterbatasan fisik tentang kemampuan manusia untuk menerima, menyimpan, mencari, memproses informasi, dan batas-batas bahasa dalam penyampaian pengetahuan kepada orang lain), oportunisme, dan terjepitnya/kurangrya informasi (information impactedness)
    iii.        3. How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how to organize the exchanges. Dalam hal ini, pasar diandaikan sebagai kelembagaan untuk memfaslitasi proses pertukaran yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran sedangkan perusahaan/firms (atau keluarga/families) juga dapat dianggap sebagai kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang saling menguntungkan (mutual exchange). Dalam preposisi ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap tidak ada (zero), maka sebetulnya tidak ada yang namanya pasar; demikian halnya bila biaya koordinasi di dalam perusahaan adalah nol, maka sesungguhnya tidak ada yang namanya perusahaan.



Sumber : Diolah berdasarkan konseptual Beckmann, 2004 dalam Yustika,2013:72


Dengan ilustrasi dan penjelasan tersebut, sebetulnya determinan dan biaya transaksi sudah dapat diformulasikan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi besaran biaya transaksi tersebut, setidaknya terdapat empat determinan penting dan biaya transaksi sebagai unit analisis (Bekcman,2OOO:16; lihat juga Bagan 4.4) sebagai berikut:
1.      Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi (behavioral attributes of actors), yaitu rasionalitas terbatas/terikat (bounded rationality) dan oportunisme (opportunism).
2.      Sifat yang berkenaan dengan atribut dan transaksi (attributes of the transaction), yaitu spesifisitas aset (asset specificity), ketidakpastian (uncertainty), dan frekuensi (frequency).
3.      Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi (governance structures), yaitu pasar (market), hybrid, hierarki (hierarchy); dan pengadilan (courts), regulasi (regulations), birokrasi publik (public bureaucracy).
4.      Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional environnzent), yaitu hukum kepemilikan, kontrak, dan budava.

Daftar Referansi
Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta : Erlangga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar