Studi
Kasus Biaya Transaksi
(Oleh
Arum Nur Aini / 145020101111042)
Pengertian
Biaya Transaksi
Jika ditelusuri jauh ke
belakang, sebetulnya teori ekonomi kelembagaan merupakan pemekaran dari teori
biaya transaksi (transaction costs)
yang muncul akibat kegagalan pasar (Yeager, 1999:29-30). Seperti diketahui,
pandangan neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa
pun (costless) karena pembeli (consumers) memiliki informasi yang
sempurna dan penjual (producers)
saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah (Stone, et al.,
1996:97). Akan tetapi, pada kenyataannya, faktanya adalah sebaliknya, dimana
informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual-beli dapat sangat
asimetris. Inilah yang menimbulkan biaya transaksi, yang sekaligus dapat
didefinisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran,
dan pemaksaan pertukaran. Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan
transaksi sebagai basis unit analisis, sedangkan teori neoklasik memakai produk
sebagai dasar unit analisis (GreIf 1998:3).
Studi
Kasus Biaya Transaksi pada Perdagangan Offline dan Perdagangan Online
(Studi
Kasus Penulis)
Latar
Belakang Kasus
Pada zaman di era
globalisasi ini, teknologi berjalan sangat pesat. Banyaknya inovasi-inovasi yang
muncul membuat semuanya dapat dilakukan secara cepat dan instan. Salah satu
fasilitas mengenai hal tersebut adalah adanya jaringan internet. Internet
merupakan dampak dari salah satu kemajuan zaman yang sangat cepat. Internet di
berbagai negara digunakan, dipergunakan, dan dimanfaatkan untuk mencari segala
informasi, membagi segala pengalaman dan pengetahuan, berkomunikasi dengan
keluarga dan teman yang jaraknya jauh, serta ada yang menjadikan sebagai alat
untuk bekerja yaitu berdagang online.
Sudah kita ketahui
bahwa pada zaman sekarang banyak sekali perdagangan lewat internet. Perdagangan
lewat internet ini sebenarnya lebih memudahkan pembeli, karena pembeli tidak
perlu untuk keluar rumah untuk membeli barang yang diinginkan. Sehingga bisa
dikatakan perdagangan online sebagai pesaing dari perdagangan offline. Kedua perdagangan
tersebut bersaing dengan metode yang berbeda-beda, yang seanjutnya hal itu
menimbulkan biaya transaksi. Biaya transaksi ini akan saya bahas dibawah ini.
Kasus
Berdasarkan pengalaman saya sendiri yang sudah
beberapa kali belanja online, sudah mengalami beberapa kali penipuan. Mungkin
bisa disebut sebagai penipuan kecil. Ketika itu saya membeli sepatu di online
shop, kemudian karena saya tertarik dengan harganya yang murah yaitu satu
pasang sepatu berharga sekitar Rp 55.000 – Rp 70.000 dan dengan gambar yang
bagus yang dipasang di instagram online tersebut. Karena dengan modal tertarik
tersebut dan dengan modal gambar bukti-bukti pembeli lainnya yang telah membeli
di online shop tersebut, sehingga saya membeli sepatu tersebut dua pasang
sepatu. Setelah proses transaksi selesei, beberapa hari kemudian sepatu yang
saya beli datang. Dan ternyata setelah saya buka, sepatunya tidak sesuai dengan
yang saya inginkan, karena jika dilihat dengan harga yang murah, kualitas
sepatunya juga tidak akan sebagus yang kita diinginkan. Jadi dapat kita
simpulkan bahwa online shop sering
memasang gambar barang yang dijualnya tidak sesuai dengan barang aslinya.
Tidak hanya membeli
sepatu, saya juga membeli tas di online shop. Ketika membeli tas saya membeli
di dua online shop. Dua online shop ini lebih baik dari online shop sepatu yang telah saya bahas
sebelumnya, karena memasang foto asli (real
picture) di account jualannya,
dan harga yang dipasang juga murah. Dua online shop tersebut menjual tas dengan
model yang sama. Tetapi ternyata kualitas tetap tidak bagus, misalnya ada yang
bahan dalam tasnya yang jelek dan jahitan yang kurang rapi. Sehingga dapat
disimpulkan dengan harga murah seperti sepatu, kualitas masih belum bagus atau
perlu diragukan kualitasnya.
Kemudian tidak lama
ini, saya membeli tas di online shop yang sudah sangat terkenal di kalangan
wanita. Online shop ini asli produk Indonesia dengan banyak sekali testimoni
yang puas dengan barang yang dihasilkan, serta harganya yang terjangkau bila
untuk kalangan mahasiswa yaitu sekitar Rp 100.000 hingga Rp 220.000 dan barang
yang dipasang juga gambar asli. Kemudian saya tertarik untuk membeli tas.
Kemudian admin dari online shop juga sangat ramah. Tidak hanya itu, saya juga
diberi diskon ongkos kirim. Setelah transaksi selesei, tas yang saya beli
datang. Dan sangat menyenangkan karena barang yang saya beli sesuai dengan
keinginan saya. Sehingga kesimpulan dalam hal ini harga yang lebih mahal dan
dengan online shopnya yang sudah banyak orang tahu, maka sudah tidak perlu
diragukan kualitasnya.
Sedangkan ketika
membeli di pedagang offline atau misalnya toko, sangat jarang yang mengalami
suatu penipuan, karena berbeda dengan online. Jika online kita belum bisa
mengetahui barang aslinya dan offline secara otomatis kita sudah mengetahui
barangnya. Hanya saja menurut pengalaman saya, ketika saya ingin membeli baju
di sebuah toko dengan model baju yang berbeda atau yang saya belum pernah
punya, di toko tersebut hanya menjual baju yang itu-itu saja atau monoton atau
model bajunya yang tidak berubah atau bisa dikatakan barang yang saya inginkan
tidak ada. Dalam hal ini dapat dikatakan penjual masih menghabiskan stok atau
bisa juga karena penjual kurang update
model baju terbau. Ketika pilihan di toko hanya itu-itu saja, akhirnya kita
kembali ke online shop yang menjual berbagai macam barang dan dengan warna yang
berbagai macam juga. Tetapi kelebihan dari pedagang offline sendiri adalah
pembeli dapat melihat barang secara langsung, sehingga walaupun harganya murah,
tetapi pembeli bisa bisa melihat kualitasnya langsung, maka barang tersebut
akan dibeli, dan hal ini pasti akan mengalahkan online shop yang memasang harga
murah tetapi kualitasnya yang masih perlu dipertanyakan.
Analisis
Kasus
Setelah membahas
mengenai kasusnya, sebenarnya yang menjadi pertanyaan sekarang, dimanakah letak
biaya transaksi dari kasus-kasus tersebut? Lalu dimanakah perbedaan biaya
transaksi antara pedagang online dengan pedagang offline? Biaya transaksi
sendiri merupakan biaya yang muncul diluar biaya produksi. Pengertian biaya
transaksi lebih jelasnya sudah saya bahas pada awal pembahasan ini. Biaya
transaksi antara pedagang onine dan offline menurut saya hampir sama atau tidak
ada perbedaan, mungkin ada perbedaan tetapi tidak banyak. Karena mereka
melakukan kegiatan yang sama yaitu berjualan, jadi kemungkinan besar
biaya-biaya yang ditanggung tidak berbeda.
Jika
berbicara mengenai biaya transaksi yang didasarkan pada kasus yang telah
dibahas sebelumnya, yaitu dengan harga yang murah dengan kualitas yang tidak
bagus, memasang gambar yang bukan gambar asli, dan harga yang mahal dengan
kualitas bagus. Sebenarnya jika dilihat memang wajar saja jika harga
mempengaruhi bagus tidaknya kualitas. Tetapi ketika gambar yang dipasang bukan
gambar asli maka hal tersebut akan menyebabkan pembeli tidak mendapatkan
informasi yang sempurna mengenai barang yang dijual atau biasa disebut sebagai asimetris information. Informasi yang
asimetris ini merupakan penyebab dari munculnya biaya transaksi. Sedangkan
biaya transaksi yang muncul karena kasus tersebut adalah adanya biaya kerugian yang
berupa kekecewaan atau ketidakpuasan yang ditanggung oleh pembeli yang tidak
bisa dinotasikan dengan angka serta biaya kehilangan uang. Karena ketika barang
yang dipasang tidak asli maka pembeli atau saya sendiri merasa sudah ditipu
atau mungkin biaya transaksi yang muncul bisa disebut biaya penipuan yang
bersifat kecil. Karena ketika saya atau pembeli lainnya tidak mendapat barang
dengan kualitas yang bagus seperti yang digambar, kami tidak bisa complain. Hal ini menambah biaya
transaksi pembeli yaitu biaya kehilangan complain.
Sedangkan penjual mendapat biaya transaksi berupa biaya pengurangan pembeli
atau kerugian akibat berkurangnya pembeli. Karena secara tidak sengaja pembeli atau
saya memberitahu ke teman saya bahwa online shop tersebut tidak memasang gambar
aslinya.
Sedangkan masalah
pedagang offline yang hanya menjual barang yang itu-itu saja (model yang
monoton), penjual tersebut juga memunculkan biaya transaksi, yaitu biaya
penyusutan dari kualitas barang yang dijual, biaya kerugian karena kurang
puasnya calon pembeli, dan biaya kehilangan pembeli. Selain itu pembeli akan
memunculkan biaya transaksi yaitu biaya bahan bakar kendaraan dan biaya
kehilangan waktu karena barang yang diinginkan tidak ada.
Terlepas
dari kasus, secara umum pedagang online dan pedagang offline tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dalam memunculkan biaya transaksi. Pedagang online
pada umumnya memunculkan biaya transaksi antara lain biaya pulsa untuk
internet, biaya pengolaan iklan, biaya kehilangan waktu karena harus stay memegang handphone atau alat
elektronik lainnya misalnya laptop, dan untuk pembeli biaya pengiriman atau
biasa disebut ongkos kirim. Sedangkan pedagang offline memunculkan biaya
transaksi antara lain biaya negosiasi, biaya administrasi, biaya
salah adaptasi, dan biaya pengiriman.
Saran
Penulis terhadap Kasus
Saran saya
terhadap kasus yang telah saya alami adalah jangan terlalu gampang tertarik
dengan gambar bagus yang dipasang di account online shop dengan menaruh harga
yang relatif murah, karena kualitasnya juga sangat diragukan dan pastinya usia
barang yang kita beli jadi tidak tahan lama. Dan sebelum anda membeli lebih
baik tanya dulu ke pemilik online shopnya, apakah foto barang yang dipasang
foto asli atau bukan. Saran saya selanjutnya pilihlah online shop yang memasang
barang asli dengan harga yang agak mahal tetapi masih terjangkau dan produk
asli Indonesia yang sudah terkenal bagus kualitasnya. Selain itu pilih online
shop yang sudah banyak memasang testimoni. Intinya carilah online shop yang
benar-benar terpercaya agar kalian tidak tertipu. Dengan itu kalian pecinta
online shop tidak akan kecewa dengan barang yang kalian sudah beli dan akan
terhindar dari munculnya biaya-biaya transaksi. Selain itu saran untuk online
shop, lebih baik memasang gambar aslinya dan beri informasi yang lebih detail
mengenai barang yang anda jual. Agar pembeli bisa memperoleh informasi yang
sempurna dan terhindar dari munculnya biaya transaksi.
Sedangkan untuk kasus
pedagang offline, ketika anda tidak ingin membeli barang di online shop maka
kalian harus mau untuk berpindah dari satu toko ke toko lainnya untuk mencari
baju yang kalian inginkan. Tetapi kembali lagi kalian akan mendapatkan biaya
transaksi yang telaah saya bahas sebelumnya yaitu biaya bahan bakar kendaraan
dan biaya kehilangan waktu karena barang yang diinginkan tidak ada, atau kalau
tidak kalian harus memiliki toko langganan yang menurut kalian toko tersebut
bisa sering update model baju.
Kemudian saran untuk pemilik toko agar tidak kehilangan para pelangganya adalah
jangan sampai ketinggalan zaman atau gunakan segala fasilitas untuk dapat
memperbarui model baju yang anda jual. Fasilitas internet misalnya Google dan
sosial media misalnya Instagram untuk mencari informasi apa saja model baju
terbaru. Sehingga dengan anda atau pemilik toko selalu mengupdate, maka anda
tidak akan kehilangan pelanggan anda dan anda tidak akan memunculkan biaya
transaksi.
Daftar
Referansi
Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta :
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar